Selasa, 25 Juni 2013

FASE-FASE AKHIRAT

Ensiklopedi Hukum Islam: Fase-Fase Akhirat
Ensiklopedi Hukum Islam: Fase-Fase AkhiratFiqhislam.com - Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Alquran dan hadis Rasulullah SAW, akhirat meliputi fase-fase berikut:

Fase pertama adalah fase kehancuran alam semesta yang ditandai dengan bergugurannya bintang-bintang di langit, terjadinya goncangan dan ledakan dahsyat yang mengakibatkan bumi dan seisinya hancur, air laut mendidih dan meluap sementara manusia terombang-ambing di dalamnya, dan berbagai peristiwa mengerikan lainnya.

Keadaan itu digambarkan Allah SWT dalam berbagai ayat-Nya, antara lain, "Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, dan apabila bumi diratakan dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al-Insyiqaq: 1-4).

Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan dan apabila lautan dijadikan meluap.” (QS. Al-Infithar: 2-3).

Dan apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.” (QS. Al-Zalzalah: 1-2).

Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qariah: 4-5), dan ayat-ayat lainnya yang menceritakan hal tersebut.

Fase kedua ialah fase kebangkitan. Saat setiap manusia yang pernah dilahirkan di dunia ini, mulai dari manusia pertama (Adam AS) sampai manusia terakhir, dibangkitkan dan dihidupkan kembali.

Semuanya berhimpun di salah satu tempat yang disebut Padang Mahsyar. Gambaran ini diperoleh antara lain dari ayat-ayat, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33).

Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,” (QS. Al-Infithar: 4).

Pada hari itu manusia keluar dari kuburannya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.” (QS. Al-Zalzalah: 6).
Fase ketiga adalah fase penghitungan (hisab) dan penimbangan amal kebaikan dan kejahatan yang dilakukan setiap manusia semasa hidup di dunia.

Semua amal perbuatan diperhitungkan, walau sekecil apa pun, tidak ada yang disia-siakan dan diabaikan.

Amal yang baik dibalas dengan yang baik dan yang jahat dibalas dengan kejahatan, sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam ayat, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya ia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8).

Di hadapan Allah SWT semua rahasia umat manusia terbongkar. Saat itu, lidah, tangan, dan kaki ikut memberi kesaksian atas apa yang diperbuatnya di dunia. Sebagaimana ayat, "Pada hari (ketika) lidah, tangan. Dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An-Nuur: 24).

Selain kesaksian yang diberikan oleh anggota tubuh, ditampilkan pula catatan amal perbuatan mereka di dunia yang pencatatannya dilakukan oleh para malaikat atas perintah Allah SWT.

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat, “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12).

Catatan itu dibuka dan pemiliknya diperintahkan Allah SWT untuk membacakannya di hadapan Allah SWT. Seperti tergambar dalam firman Allah SWT, “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. ’Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu’.” (QS. Al-Isra’: 13-14).
Fase keempat ialah saat Allah SWT menetapkan pembalasan atau mengambil keputusan tentang kelanjutan hidup manusia di akhirat. Berdasarkan penghitungan amal, Allah SWT menetapkan siapa yang berhak masuk ke surga dan siapa yang harus ke neraka.

Orang yang lebih banyak kebajikannya dimasukkan ke surga dan siapa yang kejahatannya lebih banyak akan dibuang ke neraka.

Hal itu dinyatakan Allah SWT dalam ayat-Nya, “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS. Al-Qariah: 6-9).

Allah juga berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.” (QS. Al-Infithar: 13-16).

Dari ayat-ayat Alquran diketahui bahwa di dalam surga penuh kenikmatan dan kelezatan serta setiap orang yang masuk ke dalamnya dapat merasakan kenikmatan dan kelezatan itu.

Seperti digambarkan pada ayat, "Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar mumi yang dilak (tempatnya)." (QS. Al-Muthafifin: 22-25).

Orang-orang yang beriman akan masuk surga dan kekal di dalamnya, seperti digambarkan dalam ayat, “Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 89).

Neraka merupakan tempat yang paling buruk dan hina sebagaimana digambarkan dalam ayat, "Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 151).

Selain tempat itu sebagai yang terburuk, kehidupan di dalamnya digambarkan pula sebagai kehidupan yang menyedihkan dan mengerikan, seperti yang antara lain diungkapkan dalam ayat, “Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. Al-Ghashiyah: 1-7).
Sumber: Ensiklopedi Hkum Islam

Tags

Tidak ada komentar:

Posting Komentar