Minggu, 12 Agustus 2012
Lebih dekat dengan Syeikh Nawawi Al Bantani
Mengenal Sosok Syeikh Nawawi Al Bantani
Neomisteri – Nama Syeikh Nawawi al-Bantani sejak lama dikenal sebagai salah satu ulama besar yang pernah dilahirkan bumi nusantara. Penguasaan Syeikh Nawawi terhadap berbagai displin ilmu agama yang meliputi fikih, tasawuf, tauhid, tafsir dan hadits membuat namanya masyhur hingga kota Mekah, Arab Saudi.
Syeikh Nawawi memiliki nama asli Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi. Syeikh Nawawi lahir di desa Tanara, kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten pada tahun 1230 H atau 1813 M. Buah dari pernikahan seorang Ulama Banten, ‘Umar bin ‘Arabi dengan Zubaedah. Syeikh Nawawi diketahui merupakan salah satu dari keturunan Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Sejak kecil, kecerdasan Syeikh Nawawi lebih menonjol di antara teman-teman seusianya. Melihat potensi yang dimiliki Syeikh Nawawi, membuat sang ayah mensekolahkan Syeikh Nawawi kecil ke sejumlah pesantren di pulau Jawa. Memasuki usia 15 tahun, Syeikh Nawawi melanjutkan pendidikan agama ke kota Mekkah, Arab Saudi.
Di Mekah, Syeikh Nawawi berguru kepada sejumlah ulama besar seperti Abdul Hamîd Daghestani, Syeikh Muhammad Khatib Hambali, Syeikh Ahmad Dimyati, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan dan Syeikh Sayyid Ahmad Nahrawi. Tidak hanya itu saja, Syeikh Nawawi juga belajar agama dengan dua ulama besar Madinah, yaitu Syeikh Ahmad Zaini Dahlan dan Syeikh Muhammad Khatib dan .
Syeikh Nawawi sempat kembali ke tanah air untuk mengajarkan ilmu agama yang telah beliau kuasai. Sayang, situasi dan kondisi tanah air yang bergejolak akibat penjajahan Belanda. Pihak Belanda mencemaskan kehadiran Syeikh Nawawi di Banten bakal kembali menggelorakan semangat pemberontakan, Situasi ini membuat Syeikh Nawawi memutuskan untuk kembali menyingkir ke kota Mekkah.
Nama Syeikh Nawawi mulai masyhur saat beliau memutuskan membuka balai pengajaran di halaman rumahnya yang terletak di Syi’ib ‘Ali, Mekah. Dari berawal hanya segelintir murid, namun lamban-laun jumlah muridnya terus bertambah. Nama Syeikh Nawawi tidak hanya terkenal di kota Mekah dan Medinah saja. Kemasyhuran nama Syeikh Nawawi bahkan hingga mencapai negeri para Nabi, Mesir. Sehingga tidak heran Mesir menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Meski terhalang jarak yang jauh, tidak menghilangkan kecintaan Syeikh Nawawi kepada Indonesia. Beliau pun terus mengobarkan semangat nasionalisme kepada para muridnya yang berasal dari Indonesia. Sejumlah ulama besar Indonesia yang menjadi pahlawan Indonesia merupakan murid dari Syeikh Nawawi. Seperti Kyai Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdhatul Ulama), Kyai Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), Kyai Khalil Bangkalan dan Kyai Asnawi Kudus.
Yang membuat nama Syeikh Nawawi terus hidup hingga saat ini tidak terlepas dari produktifitasnya dalam mengarang puluhan kitab agama yang mencakup bidang fiqih, tauhid, tasawwuf, tafsir, dan hadis. Jumlah kitab yang telah beliau karang mencapai 115 kitab. Sejumlah kitab karangan Syeikh Nawawi di antaranya adalah: Sullam al-Munajah (syarah Safinah al-Shalah) dan Nashaih al-‘Ibad (syarah al-Manbahatu ‘ala al-Isti’dad li yaum al-Mi’ad).
Tidak hanya itu saja, Tafsir Al-Munir, Kasyf al-Maruthiyyah (syarah Matan al-Jurumiyyah), Tanqih al-Qaul al-Hatsits (syarah Lubab al-Hadits), Madarij al-Shu’ud (syarah Maulid al-Barzanji), Fath al-Majid (syarah al-Durr al-Farid), Kasyifah al-Saja (syarah Safinah al-Naja) dan ‘Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain juga merupakan karangan dari Syeikh Nawawi.
Sejumlah pakar tafsir menilai kitab tafsir karangan Syeikh Nawawi, Tafsir al-Munir lebih baik dari kitab Tafsir Jalalain yang dikarang oleh dua ulama besar, Imam Jalaluddin al-Suyuthi dan Imam Jalaluddin al-Mahalli yang sangat terkenal itu. Sementra itu kitab fiqih karangan beliau, ’Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain menjadi kitab rujukan utama bagi para santri di sejumlah pesantren di Indonesia selama hampir seabad.
Atas pemahaman mendalamnya tersebut, Syeikh Nawawi mendapat gelar al-Sayyid al-‘Ulama al-Hijaz (Tokoh Ulama Hijaz/Jazirah Arab). Seorang ulama asal Mesir, Syeikh Umar Abdul Jabbar memasukkan nama Syeikh Nawawi dalam kitabnya “Al-Durus min Madhi al-Ta’lim wa Hadlirih bi al-Masjidil al-Haram. Kitab tersebut berisi kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di Masjidil Haram.
Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi menikah dengan gadis asal Tanara, Nyai Nasimah. Buah dari pernikahanya tersebut, Syeikh Nawawi dikaruniai 3 anak: Nafisah, Maryam, Rubi’ah.
Syeikh Nawawi wafat di Mekah pada tanggal 25 syawal 1314 H/ 1897 M. Tapi ada pula yang mencatat tahun wafatnya pada tahun 1316 H/ 1899 M. Syeikh Nawawi dimakamkan di lokasi pemakaman Ma’la yang terletak di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan makam putri Khalifah Islam pertama Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, Asma binti Abu Bakar al-Siddîq.
Salah Satu Karomah Syeikh Nawawi
Salah satu karamah Syeikh Nawawi terjadi saat makamnya hendak dipindahkan oleh pemerintah Arab Saudi. Seperti diketahui, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan bahwa jenazah yang telah dimakamkan selama setahun, harus digali. Dan jenazah yang telah berubah menjadi tulang-belulang dipindahkan ke tempat lain di luar kota. Selanjutnya liang lahat yang kosong tersebut akan digantikan oleh jenazah baru.
Namun hal yang tak lazim terjadi saat petugas makam menggali makam Syeikh Nawawi. Mereka tidak menemukan tulang belulang seperti biasanya, melainkan jasad yang masih utuh dan tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.
Kejadian ini membuat pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan khusus dengan kembali menutup makam Syeikh Nawawi seperti sediakala. Hingga saat ini, makam beliau tetap berada di Ma’la, Mekah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar