Rabu, 03 Oktober 2012

TENTANG PONPES AL IHYA ULUMUDDIN



PONDOK PESANTREN AL IHYA ULUMADDIN

I.         Profil Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin
A.      Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin
Pondok pesantren Al Ihya Ulumaddin berlokasi di areal tanah seluas 4 Ha Desa Kesugihan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Tepatnya tanggal 24 November 1925/1344 H, seorang tokoh ulama KH. Badawi Hanafi  mendirikan pondok pesantren di Desa Kesugihan. Pada saat itu Desa Kesugihan masih terisolir dan disekitar pondok terdapat tempat untuk adu ayam, percudian, dan bakar kemenyan di pemakaman warga (petilasan). Kehadiran Pondok Pesantren ini dilandasi dengan semangat keagamaan berdakwah yang bertujuan untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya pada zaman penjajahan Belanda pada saat itu.   Beliau memanfaatkan Mushola peinggalan KH. Fadil untuk mengawali perintisan pesantren, Mushola atau langgar tersebut dikenal dengan nama “langgar dhuwur”. Pada awalnya pondok pesantren ini dikenal dengan nama pondok pesantren Kesugihan pada tahun 1961, Pondok Pesantren ini berubah nama menjadi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam (PPAI) dan pada tahun 1983kembali berubah nama menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumaddin. Perubahan nama dilakukan oleh KH. Mustolih Badawi, Putra Kh. Badawi Hanafi. Perubahan tersebut dilakukan untuk mengenang almarhum ayahnya yang sangat mengagumi karya monumental Imam Al-Ghozali (Kitab Ihya ‘Ulumaddin) tentang pembaharuan Islam.  Pondok Pesantren Al Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan, secara ekonomi berada pada masyarakat plural (beragam) yang vterdiri dari nelayan, pedagang, petani wiraswasta dan Pegawai Negeri. Dari segi geografis lokasi pesantren dekat dengan pusat kota Cilacap. Kondisi ini sedikit banyak mempengaruhi proses perkembangan pesantren dalam upaya menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur tradisi keagamaan. Keseimbangan tersebut dapat tercipata karena masih adanya pengaruh karismatik para Kyai di wilayah Kesugihan, yang kemudian identik dengan Kota Santri. Letak geografis semacam itu, memberikan inspirasi Pondok Pesantren Al Ihya ‘Ulmaddin dalam ikut memberdayakan masyarakat sekitar, cenderung menggunakan pendekatan agraris dan kelautan. Hal ini dimaksudkan agar kehadiran Pesantren lebih nyata dalam memainkan peran sebagai agen perubahan (agent of change).
a.        Sekilas tentang muasis
1.        Kelahiran
Beliau KH. Badawi Hanafi lahir di kampong Brengkelan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah sekitar tahun 1885 M
2.        Nasab
Nasab beliau KH. Badawi Hanafi boin Kh. Fadlil bin H. Asyari (Sengari) bin Suyodo bin Gagak Handoko bin Mbah Bedug (keturunan kerajaan Mataram Yogyakarta).
Ayah beliau KH. Fadlil adalah seorang pedagang pakaian, dilahirkan di kota Purworejo, Jawa Tengah kurang lebih Tahun 1847. Beliau berbadan tinggi besar, berkumis, berjenggot panjang dan bersimbar (dada berambut).
Pada Tahun 1927 bulan rojab hari Senin Wage jam 14. 00 Nyai H. Fadlil (sofiah binti KH. Abdul Syukur) wafat, dan pada tahun 1937 pada bulan rajab juga, tepatnya hari Senin Wage jam 06.00 beliau mbah KH. Fadlil dipanggil Allah SWT.
3.        Pendidikan
Beliau menuntut ilmu di beberapa pondok pesantren, yaitu:
1.        Pondok pesantren Wono Tulus, Purworejo (Tahun 1891-1894)
2.        Podok Pesantren Loning, Purworejo (Tahun 1895-1901)
3.        Pondok Pesantren Bendo, Kediri (Tahun 1901-1921M)
4.        Pondok Pesantren Lirap, Kebumen (1921-1924)
                4.  Pendirian Pondok
Setelah kepulangan beliau dari Pondok Lirap, sebelum bulan ramadhan tahun 1343 H/ tahun 1942 M, atas kesepakatan warga masyarakat palatr dan lemah gugur, didirikanlah Pondok pesantren. Namun pendidikan pondok tersebut baru disahkan pemerintah yang berpusat di Banyumas pada tanggal 24 November 1925 M/1344 H.
Pada waktu itu, bangunan pondoknya hanya terdiri dari beberapa kamar, dengan ruangan tengah yang cukup lebar untuk mengaji dan KH. Badawi menempati salah satu kamar tersebut. Pada Tahun 1936 beliau membangun sebuah masjid untuk mengganti fungsi lahan dhuwur.
5. Pernikahan KH. Badawi Hanafi
Setahun dari pendirian pondok, kemudian beliau berpikir untuk mendapatkan seseorang pendamping hidup. Setelah beliau meminta petunjuk pada Allah SWT melalui shalat istikharah, artinya beliau diberi petunjuk oleh-Nya untuk menikah dengan seorang wanita yang bernama Nyai ‘Aisyah Badriyah, putri seorang Kyai yang kaya raya itu, yaitu KH. Abdullah Mukri dari Kebarongan. KH. Badawi Hanafi pada tahun 1926 M melangsungkan pernikahan dengan Nyai ‘Aisyah Badriyah.
6) Putra-putri KH. Badawi Hanafi
Dari pernikahan dengan Nyai ‘Aisyah Badriyah beliau dikaruniai 14 putra-putri, yaitu:
a.        Nyai Hj. Nasiroh, istri K Muchson (Pengasuh PP Al Ihya ‘Ulumudin Kesugihan);
b.        Nyai Hj. Murtajiaturrohmah, istri KH. Abdul Wahhab (pendiri dan pengasuh PP Manarul Huda, Kesugihan;
c.        K.M.M Sthofa Al Makki;
d.        Nyai Ma’unah,istri  KH. Abdurrahim (pendiri dan pengasuh PP Al Azhar Citangkolo, Jawa Barat)
e.        Nyai HJ. Mubasithoh, istri KH. Abdurrahman (pendiri dan pengasuh PP Al Azhar Citangkolo, Jawa Barat)
f.         KH. Ahmad Mustolih Badawi (Pengasuh PP Al Ihya Ulumaddin Kesugihan setelah KH. Muchson)
g.        KH. Chasbullah Badawi (pengasuh PP Al Ihya Ulumaddin sekarang)
h.        K. Mukhtaruddin
i.         Ning Mutamimmah (meninggal waktu kecil)
j.         Nyai Hj. Muttasingah, istri KH. Zaini Ilyas (Pendiri dan Pengasuh PP Miftahul Huda, Pesawahan Rawalo)
k.        Nyai Hj. Marhamah, istri KH. Abdul Qohar (Pengasuh PP. Syamsul Huda, Kedungreja)
l.         Gus Amir (meninggal waktu kecil)
m.      Gus Markhum (meninggal waktu kecil)
n.        Nyai Hj. Kholisoh, [pernah bersuamikan KH. Salim, K. Abd. Rozak, K. Sholeh, K. Habib, K. Satori dan K. Masrur).

B.       Letak Geografis
Pondok Pesantren al Ihya Ulumaddin berlokasi di Jalan Kemerdekaan Timur, Kesugihan kidul, Kecamatan Kesugihan, Kabupatn Cilacap.
C.      VISI dan Misi Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin
A.      Visi
“Ponpes Al Ihya lumaddin adalah mencetak generasi yang berakidah sholihah, berakhlaq karimah, dan berwawasan yang luas”
B.       Misi
1.        Menciptakan masyarakat yang Islami;
2.        Menyediakan bekal ketrampilan yang cukup;
3.        Menyampaikan pengetahuan  agam, umum yang memadai.

D.      Keadaan Pengasuh
Kehadiran Pondok Pesantren ini dilandasi dengan semangat keagamaan berdakwah yang bertujuan untuk menyalurkan nilai-nilai agama, khususnya Al Quran.
Dewan asatidz :
o    Madrasah Mts TTQ  sebanyak 16 orang;
o    Madasah Aliyah sebanyak 14 orang;
o    Dan Madrasah Diniyah sebanyak 8 orang
Saat ini Ponpes Al Ihya di asuh oleh Dewan Kyai, yang Pengasuh saat ini KH. Chasbullah Badawi, KH. Imdadurahman Al-‘Ubudy, dan KH. M. Syuhud    Muchson, Lc




TENTANG PONPES TEBUIRENG



SEDIKIT TENTANG PESANTREN TEBUIRENG

Pendahuluan

Tebuireng sebagai salah satu dusun di wilayah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mempunyai nilai historis yang besar. Dusun yang terletak 10 km. arah selatan kabupaten Jombang ini tidak bisa dipisahkan dengan K.H.M. Hasyim Asy'ari, di dusun inilah pada tahun 1899 M. Kyai Hasyim membangun pesantren yang kemudian lebih dikenal dengan Pesantren Tebuireng. Sebagai salah satu pesantren terbesar di Jombang, Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik dalam bidang pendidikan, pengabdian serta perjuangan.

Pondok Pesantren Tebuireng yang saat ini di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy'ari mengembangkan beberapa unit pendidikan formal dan nonformal, yaitu: Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi'iyyah, SMP A. Wahid Hasyim, Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi'iyyah, SMA A. Wahid Hasyim, Madrasah Diniyyah, dan Ma'had ‘Aly Hasyim Asy'ari. Keberadaan unit-unit pendidikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat memberikan arti tersendiri, yaitu sebagai manifestasi nilai-nilai pengabdian dan perhatian kepada masyarakat. Dan dalam bentuk informal pesantren Tebuireng membuka jasa layanan masyarakat berupa kesehatan (Rumah Sakit Tebuireng), perekonomian (koperasi dan kantin). Kepercayaan dan perhatian masyarakat luas terhadap keberadaan pesantren Tebuireng adalah dasar kemajuan dan perkembangan Teburieng di masa depan, dengan tetap mengembangkan visi dan misi pendidikan yang mandiri serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
 
Visi dan Misi

Visi :

"Pesantren terkemuka penghasil insan pemimpin yang berakhlaq"
Misi :
  1. Melaksanakan tata keadministrasian berbasis teknologi
  2. Melaksanakan tata kepegawaian berbasis teknologi
  3. Malaksanakan pembelajaran IMTAQ yang berkualitas di sekolah dan pondok
  4. Melaksanakan pengkajian yang berkualitas kitab Adab al-Alim wa al-Muta'allim dan Ta'lim al-Muta'allim sebagai dasar akhlaq al-karimah
  5. Melaksanakan pembelajaran IPTEK yang berkualitas
  6. Melaksanakan pembelajaran sosial dan budaya yang berkualitas
  7. Menciptakab suasana yang mendukung upaya menumbuhkan daya saing yang sehat
  8. Terwujud tata layanan publik yang baik

Sejarah Singkat Pesantren Tebuireng

Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh Kyai Hasyim Asy'ari pada tahun 1899 M. Beliau dilahirkan pada hari Selasa Kliwon tanggal 24 Dzul Qa'dah 1287 H. bertepatan dengan 14 Pebruari 1871 M. Kelahiran beliau berlangsung di rumah kakeknya, Kyai Utsman, di lingkungan Pondok Pesantren Gedang Jombang. Hasyim kecil tumbuh dibawah asuhan ayah dan ibu dan kakeknya di Gedang. Dan seperti lazimnya anak kyai pada saat itu, Hasyim tak puas hanya belajar kepada ayahnya, pada usia 15 tahun ia pergi ke Pondok Pesantren Wonokoyo Pasuruan lalu pindah ke Pondok Pesantren Langitan Tuban dan ke Pondok Pesantren Tenggilis Surabaya. Mendengar bahwa di Madura ada seorang kyai yang masyhur, maka setelah menyelesaikan belajarnya di Pesantren Tenggilis ia berangkat ke Madura untuk belajar pada Kyai Muhammad Kholil. Dan masih banyak lagi tempat Hasyim menimba ilmu pengetahuan agama, hingga ahirnya beliau diambil menantu oleh salah satu gurunya yaitu Kyai Ya'qub, pada usia 21 tahun Hasyim dinikahkan dengan putrinya yang bernama Nafisah pada tahun 1892.

Tak lama kemudian, bersama mertua dan isterinya yang sedang hamil pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sambil menuntut ilmu. Namun musibah seakan menguji ketabahannya, karena tidak lama istrinya tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal. kesedihan itu semakin bertumpuk, lantaran empat puluh hari kemudian buah hatinya, Abdullah, wafat mengikuti ibunya. Selama di Mekkah, Hasyim muda berguru kepada banyak ulama' besar. Antara lain kepada Syekh Syuaib bin Abdurrahman, Syekh Muhammad Mahfuzh at-Turmusi dan Syekh Muhammad Minangkabau dan masih banyak lagi ulama' besar lainnya. Sejak pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren terkemuka dan bahkan ke tanah suci Mekkah, beliau terobsesi untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh. Peninggalan beliau yang tidak akan pernah dilupakan orang adalah Pondok Pesantren Tebuireng.

Tebuireng merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur. Letaknya delapan kilometer di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya jurusan Jombang - Kediri. Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari "kebo ireng" (kerbau hitam). Konon, ketika itu ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berkulit kuning (bule atau albino). Suatu hari, kerbau tersebut menghilang. Setelah dicari kian kemari, menjelang senja baru ditemukan dalam keadaan hampir mati karena terperosok di rawa-rawa yang banyak dihuni lintah. Sekujur tubuhnya penuh lintah, sehingga kulit kerbau yang semula kuning berubah hitam. Peristiwa mengejutklan ini menyebabkan pemilik kerbau berteriak "kebo ireng ...! kebo ireng ...!. Sejak itu, dusun tempat ditemukannya kerbau itu dikenal dengan nama "Kebo Ireng".

Namun ada versi lain yang menuturkan bahwa nama Tebuireng bukan berasal dari kebo ireng seperti cerita di atas, tetapi diambil dari seorang punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut. Namun pada perkembangan selanjutnya, ketika dusun itu mulai ramai, nama Kebo Ireng berubah menjadi Tebuireng. Tidak diketahui dengan pasti apakah karena itu ada kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan dusun tersebut yang telah banyak mendorong masyarakat untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula, yang mungkin tebu yang ditanam berwarna hitam, maka pada akhirnya dusun tersebut berubah menjadi Tebuireng.

Dusun Tebuireng dulu dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran dan semua perilaku negatif lainnya. Namun sejak kedatangan Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari bersama beberapa santri yang beliau bawa dari pesantren kakeknya (Gedang) pada tahun 1899 M. secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut mulai berubah semakin baik, semua perilaku negatif masyarakat di Tebuireng terkikis habis dalam masa yang relatif singkat. Dan santri yang mulanya hanya beberapa orang dalam beberapa bulan saja jumlahnya meningkat menjadi 28 orang.

Awal mula kegiatan dakwah Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari dipusatkan di sebuah bangunan kecil yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman bambu (Jawa; gedek), bekas sebuah warung pelacuran yang luasnya kurang lebih 6 x 8 meter, yang beliau beli dari seorang dalang terkenal. Satu ruang depan untuk kegiatan pengajian, sementara yang belakang sebagai tempat tinggal Kyai Hasyim Asy'ari bersama istri tercinta Ibu Nyai Khodijah.

Tentu saja dakwah Kyai Hasyim Asy'ari tidak begitu saja memperoleh sambutan baik dari penduduk setempat. Tantangan demi tantangan yang tidak ringan dari penduduk setempat datang silih berganti, para santri hampir setiap malam selalu mendapat tekanan fisik berupa senjata celurit dan pedang. Kalau tidak waspada, bisa saja diantara santri terluka karena bacokan. Bahkan untuk tidur para santri harus bergerombol menjauh dari dinding bangunan pondok yang hanya terbuat dari bambu itu agar terhindar dari jangkauan tangan kejam para penjahat.

Dan gangguan yang sampai dua setengah tahun lebih itu masih terus saja berlanjut, hingga Kyai Hasyim Asy'ari memutuskan untuk mengirim utusan ke Cirebon guna mencari bantuan berbagai macam ilmu kanuragan kepada 5 kyai yakni; Kyai Saleh Benda, Kyai Abdullah Pangurangan, Kyai Syamsuri Wanatara, Kyai Abdul Jamil Buntet dan Kyai Saleh Benda Kerep.

Dari kelima kyai itulah Kyai Hasyim Asy'ari belajar silat selama kurang lebih 8 bulan. Dan sejak itulah semakin mantap keberanian Kyai Hasim Asy'ari untuk melakukan ronda sendirian pada malam hari menjaga keamanan dan ketenteraman para santri. Dengan perjuangan gigih tak kenal menyerah Kyai Hasyim Asy'ari akhirnya berhasil membasmi kejahatan dan kemaksiatan yang telah demikian kentalnya di Tebuireng. Keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng semakin mendapat perhatian dari masyarakat luas.

Dalam perjalanan sejarahnya, hingga kini Pesantren Tebuireng telah mengalami 7 kali periode kepemimpinan. Secara singkat, periodisasi kepemimpinan Tebuireng sebagai berikut:
Periode I : KH. Muhammad Hasyim Asy'ari : 1899 - 1947
Periode II : KH. Abdul Wahid Hasyim : 1947 - 1950
Periode III : KH. Abdul Karim Hasyim : 1950 - 1951
Periode IV : KH. Achmad Baidhawi : 1951 - 1952
Periode V : KH. Abdul Kholik Hasyim : 1953 - 1965
Periode VI : KH. Muhammad Yusuf Hasyim : 1965 - 2006
Periode VII : KH. Salahuddin Wahid : 2006 - sekarang

Perkembangan Pondok Pesantren Tebuireng

Sebagai pesantren tradisional, Pondok Pesantren Tebuireng pada awal kelahirannya telah mampu menunjukkan perannya yang sangat berarti bagi negeri ini, yang sedang berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Maka dengan pengaruhnya yang besar dalam masyarakat, Pondok Pesantren Tebuireng mendorong segenap lapisan masyarakat -khususnya umat Islam- untuk berjuang melawan penjajah serta mengantar dan memberi semangat bangsa ini berperang mengusir penjajah dan senantiasa mununjukkan sikap anti pati terhadap Belanda. Bahkan pernah muncul fatwa dari Pondok Pesantren Tebuireng, tentang haramnya memakai dasi bagi umat Islam, karena hal demikian -menurut Kyai Hasyim Asy'ari- dianggap menyamai penjajah. Fatwa ini tujuannya tidak lain adalah untuk membangun kesan pada masyarakat tentang betapa pentingnya sikap menentang dan membentuk sikap anti pati terhadap penjajah, agar kemerdekaan segera diraih bangsa ini.

Seiring dengan perjalanan waktu Pondok Pesantren Tebuireng tumbuh demikian pesatnya, santri yang berdatangan menimba ilmu semakin banyak dan beragam, masing-masing membawa misi dan latar belakang yang beragam pula. Kenyataan demikian mendorong Pondok Pesantren Tebuireng memenuhi beberapa keinginan yang hendak diraih para santrinya, sehingga siap berpacu dengan perkembangan zaman.

Untuk kepentingan tersebut, Pondok Pesantren Tebuireng beberapa kali telah melakukan perubahan kebijaksanaan yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagaimana pesantren-pesantren pada zaman itu, sistem pengajaran yang digunakan adalah metode sorogan (santri membaca sendiri materi pelajaran kitab kuning di hadapan guru), metode weton atau bandongan ataupun halqah (kyai membaca kitab dan santri memberi makna). Semua bentuk pengajaran tidak dibedakan dalam jenjang kelas. Kenaikan tingkat pendidikan dinyatakan dengan bergantinya kitab yang khatam (selesai) dikaji dan diikuti santri. Materi pelajarannya pun khusus berkisar tentang pengetahuan agama Islam, ilmu syari'at dan bahasa Arab. Dan inilah sesungguhnya misi utama berdirinya pondok pesantren.

Perubahan sistem pendidikan di pesantren ini pertama kali diadakan Kyai Hasyim Asy'ari pada tahun 1919 M. yakni dengan penerapan sistem madrasi (klasikal) dengan mendirikan Madrasah Salafiyah Syafi'iyah. Sistem pengajaran disajikan secara berjenjang dalam dua tingkat, yakni Shifir Awal dan Shifir Tsani.

Hingga pada tahun 1929 M. kembali dirintis pembaharuan, yakni dengan dimasukkannya pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pengajaran. Satu bentuk yang belum pernah ditempuh oleh pesantren manapun pada waktu itu. Dalam perjalanannya penyelenggaraan madrasah ini berjalan lancar. Namun demikian bukan tidak ada tantangan, karena sempat muncul reaksi dari para wali santri - bahkan - para ulama' dari pesantren lain. Hal demikian dapat dimaklumi mengingat pelajaran umum saat itu dianggap sebagai kemunkaran, budaya Belanda dan semacamnya. Hingga banyak wali santri yang memindahkan putranya ke pondok lain. Namun madrasah ini berjalan terus, karena disadari bahwa ini pada saatnya nanti ilmu umum akan sangat diperlukan bagi para lulusan pesantren.
 
ALAMAT KANTOR:

Jl. Irian Jaya 10, Tromol Pos 5, Tebuireng, Jombang 61471, Jawa Timur
Telp : (0321) 861133-863136-867866
Faks : (0321) 867867
Email : pengurus@tebuireng.net
Website : www.tebuireng.org
Twitter : @tebuirengonline











TENTANG PONPES GONTOR “DARUSSALAM”



SEDIKIT TENTANG PONPES GONTOR “DARUSSALAM”

Sejarah
Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan pada tgl 20 September 1926/ 12 Rabi’ul Awwal 1345
oleh tiga bersaudara:
K.H. Ahmad Sahal (1901 – 1977)
K.H. Zainudin Fananie (1908 – 1967)
K.H. Imam Zarkasyi (1910 – 1985)
5 Syawwal 1355/19 Desember 1936
Kulliyatu-l Mu’allimin al-Islamiyah (KMI), didirikan oleh K.H. Imam Zarkasyi.
Sebuah sekolah tingkat menengah, masa belajar 6 th, untuk mencetak guru-guru Islam, dengan sistem pesantren, mengajar-kan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum secara seimbang.
Pelajaran agama dan bahasa (Arab dan Inggris) disampaikan dengan bahasa pelajaran (tidak diterjemahkan).
1948
Terjadi Pemberontakan PKI di Madiun, Para Kyai di wilayah Madiun dan sekitarnya ditangkap dan ditawan oleh gerombolan PKI, termasuk Kyai Gontor. Sebagian besar mereka dibantai, namun para Kyai Gontor selamat berkat bala bantuan dari Pasukan Siliwangi.
28 Rabi’u Awal 1378/ 12 Oktober 1958
Para pendiri Pondok mewakafkan PMDG kepada Umat Islam. Sebuah pengorbanan kepemilikan pribadi demi kemaslahatan umat.
Pihak penerima amanat diwakili oleh 15 anggota IKPM yang kemudian menjadi Badan Wakaf PMDG.
29 Jumada Tsaniyah 1383/ 17 Nopember 1963
Perguruan Tinggi Darussalam berdiri. Sejak 1996 diubah namanya menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
ISID mempunyai 3 fakultas:
Tarbiyah; jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pengajaran Bahasa Arab.
Ushuluddin; jurusan Perbandingan Agama, Filsafat Pemikiran Islam.
Syari’ah; jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum; dan jurusan Manajemen & Lembaga Keuangan Islam.
7 Dzulhijjah 1386/ 19 Maret 1967
Terjadi pemberontakan terhadap Kyai/Pimpinan Pondok, didalangi oleh sebagian santri senior, bertujuan mengambil alih kepemimpinan di Pondok.
Kyai/Pimpinan Pondok memulangkan seluruh santrinya. Pondok untuk sementara waktu diliburkan.
Hanya sebagian santri yang dipanggil oleh Pimpinan Pondok yang boleh kembali belajar/nyantri di PMDG.
Pasca peristiwa, semakin banyak santri yang datang dan Pondok bertambah maju pesat.
Generasi Kedua
30 Rajab 1405/ 21 April 1985, K.H. Imam Zarkasyi, pendiri Pondok terakhir, wafat.
Sidang Badan Wakaf menetapkan tiga pimpinan baru:
K.H. Shoiman Luqmanul Hakim
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.
K.H. Hasan Abdullah Sahal
Th 1999, K.H. Shoiman Luqmanul Hakim wafat, digantikan oleh Drs. K.H. Imam Badri (wafat 8 Juni 2006)
Thn 2006, Drs. KH Imam Badri
Visi
Sebagai lembaga pendidikan pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah talab al-’ilmi; dan menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an, dan ilmu pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren.
Misi
1. Membentuk generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
2. Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengeta-huan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama yang intelek.
Mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Tujuan
  1. Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
  2. Terbentuknya generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
  3. Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan pikir.
  4. Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Motto
  • Berbudi tinggi
  • Berbadan sehat
  • Berpengetahuan luas
  • Berpikiran bebas
Panca Jiwa
  • Keikhlasan
  • Kesederhanaan
  • Berdikari
  • Ukhuwah Islamiyah
  • Jiwa Bebas
Panca Jangka
  • Pendidikan dan Pengajaran
  • Kaderisasi
  • Pergedungan
  • Pengadaan Sumber Dana
  • Kesejahteraan Keluarga Pondok
Orientasi Pendidikan & Pengajaran
  • Keislaman
  • Keilmuan
  • Kemasyarakatan
Strategi Pendidikan
  • Kehidupan Pondok dengan segala TOTALITASNYA menjadi media pembelajaran dan pendidikan.
  • Pendidikan berbasis komunitas: segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan, dan dialami oleh para santri dan warga Pondok dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Profil Alumni
  • Mukmin, muslim, muhsin.
  • Komit pada perjuangan.
  • Perekat ummat.
  • Berjiwa guru.
  • Warga negara yang baik.
Kurikulum KMI
  • Kurikulum KMI terdiri dari Ilmu Pengetahuan Umum 100%, Ilmu Pengetahuan Agama 100%.
  • Hal ini menunjukkan bahwa antara ilmu agama dan umum tidak dapat dipisahkan, semuanya ilmu Islam. Semua bersumber dari Allah dengan segala ciptaan-Nya atau segala sesuatu yang lahir dari ciptaan-Nya.
  • Secara mendasar, tujuan pengajaran kedua macam ilmu tersebut adalah untuk membekali siswa dengan dasar-dasar ilmu menuju kesempurnaan menjadi ‘abid dan khalifah.
  • Kurikulum KMI tidak terbatas pada pelajaran di kelas saja, melainkan keseluruhan kegiatan di dalam dan di luar kelas merupakan proses pendidik-an yang tak terpisahkan.
Isi Kurikulum
  • Bahasa Arab
  • ‘Ulum Islamiyah; utk kls II ke atas menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.
  • Keguruan
  • Bahasa Inggris
  • Ilmu Pasti; Matematika dan IPA
  • Ilmu Pengetahuan Sosial
  • Keindonesiaan/Kewarganegaraan
Guru KMI
  • Berasal dari tamatan KMI Gontor, atau lulusan KMI yang telah tamat belajar di perguruan tinggi dalam maupun luar negeri; dan wajib bertempat tinggal di asrama.
  • Tugas:
  • Sebagai guru/pendidik;
  • Sebagai mahasiswa ISID;
  • Sebagai pembantu Pondok: tata usaha, pengurus unit usaha, pembimbing kegiatan santri, dll.
Peningkatan Kompetensi Guru
  • Penataran dan Pelatihan
  • Ta’hil ( Pengayaan Guru Materi Pelajaran) – Program Mingguan.
  • Tugas Belajar
  • Pemeriksaan Satuan Pelajaran
  • Supervisi Pengajaran
  • Pemeriksaan Pencapaian Target KBM dg memeriksa catatan siswa.

Kegiatan KMI
  1. Kegiatan Harian: KBM di kelas dan Lab. IPA.
  2. Kegiatan Mingguan: Pertemuan Guru (setiap Kamis siang), Pertemuan Ketua Kelas (setiap Jum’at malam), Rapat Pengurus KMI (setiap Rabu malam).
  3. Kegiatan Tengah Tahunan: Ujian Tengah Semester I & II dan Ujian Akhir Semester I & II.
  4. Kegiatan Tahunan: Kajian kitab klasik dan kontemporer, latihan membuka kamus arab, praktek mengajar, economic study tour, penulisan karya ilmiah, manasik haji.
  5. Bentuk Evaluasi/Ujian: Tengah Semester, Semester, dan Akhir (EBTA).
  6. Semester & EBTA: Lisan; Tulis; dan Praktek.
Kalender Kegiatan
  1. Pendaftaran Calon Siswa & Daftar Ulang: 2 – 10 Syawwal.
  2. Pembukaan Tahun Pelajaran: 11 Syawwal.
  3. Ujian Masuk KMI: 11 Syawwal
  4. Ujian Semester I: 13 Safar – 8 R. Awwal.
  5. Liburan Semester I: 10 – 19 R. Awwal.
  6. Ujian Akhir (EBTA) Kelas VI: 1 J. Tsaniyah – 21 Rajab; Praktek Mengajar, Ujian Lisan, Ujian Tulis.
  7. Ujian Semester II: 25 Rajab – 18 Sya’ban.
  8. Liburan Semester II: 20 Sya’ban – 10 Syawwal.
Pengakuan
  1. Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Arab Mesir, tahun 1957
  2. Kementerian Pengajaran Kerajaan Arab Saudi, tahun 1967
  3. University of the Punjab, Lahore, Pakistan, tahun 1991
  4. Dirjen Binbaga Islam Depag RI th. 1998
  5. Menteri Pendidikan Nasional RI th. 2000
Syarat Masuk KMI
  1. Tamat SD/MI atau SLTP (utk program Intensif).
  2. Lulus Tes Lisan: Al-Qur’an dan Ibadah.
  3. Lulus Tes Tulis: Hitung Angka, Hitung Soal, Bahasa Indonesia, dan Imla’ (dikte arab).
  4. Sehat jasmani & rohani (pemeriksaan di BKSM Pondok Modern Gontor).
  5. Memenuhi persyaratan administrasi.
  6. Siap bertempat tinggal di asrama.
Kegiatan Ekstrakurikuler
  1. Pramuka
  2. Olahraga
  3. Kesenian
  4. Latihan Pidato dlm bhs Indonesia, Arab, dan Inggris
  5. Khutbah Jum’at
  6. Tau’iyah Diniyah
  7. Diskusi
  8. Kursus Komputer
  9. Praktek di Laboratorium Bahasa
  10. Kursus Jurnalistik
  11. Majalah Dinding dlm bhs Arab dan Inggris
  12. Baca buku di Perpustakaan
  13. Keterampilan
  14. Praktek Manajemen Organisasi dan Koperasi
  15. Bersih Lingkungan, dll.
Lebih jelasnya silahkan klik : http://gontor.ac.id/